"Kalau niat kita benar hendak membersih dan membebaskan tanah ini, maka kita kena bersabar sehingga ummat terislah."
"Itu yang kami tidak faham, wahai Abu Syahid. Kenapa kena menunggu ummat ini terislah?"
" Sebab apa yang jadi pada kita hari ini, adalh teguran kepada ummah? Hanya apabila yang ditegur itu tersedar dan menerima teguran, hanya ketika itu teguran ini akan diangkat dan diselesaikan urusannya" Abu Syahid terus tersenyum. Bazookanya disangkut di belakang tubuh.
" Ayuh, kita gerak" Dia mengeluarkan arahn dalam bentuk ajakan terlebih dahulu melangkah dari kami. Kami mengikut dalam diam. Di dalam kepala, aku berfikir.
********************************************************************************
Api yang menyala sedikit, menghangatkan suasana. Sejuk hingga sampai ke tulang sum-sum sedikit reda.
"Asadullah, bagaimana kamu?" Satu suara menyapa selepas salam dikeluarkan. Aku mengangkat kepala. Sinan, senior dalam pergerakan perjuangan ini bergerak mendekati aku.
''Duduk sahabat" Aku memberi ruang. Dia pun duduk.
"Kenapa aku nampak kau macam berfikir panjang?Teringat keluargakah? Terfikir bila kita boleh menang hanya bila ummat..."
Dan aku pantas memotong bicara Sinan, "Terislah?"
Sinan tersenyum manis. "Ya"
"Kenapa begitu? Kenapa kita tidak boleh terus sahaja menyerang tel Aviv dan meruntuhkan kezaliman Yahudi walaupun kita berkemampuan? Sudah lebih 60 tahun tanah Allah ini dinodai". Aku meluahkan segalanya kepada Sinan keran aku masih tidak faham kenapa masih perlu menunggu..
"Sebab, kita tidak berjuang hanya untuk membebaskan sebidang tanah."Sinan menjawab.
"Eh?" Aku bertambah hairan.
"Hal Palestina bukan hal kita sahaja. Palestina, bukan tanah kita semata-mata. Palestina, adlah masalah ummah. Ini tanah suci ketiga ummah kita. Dan walaupun ini tarafnya tanah suci, ummah kita tetap membutakan mata dengan situasinya yang ternoda. Ini, menandakan ummah kita da masalah" Sinan berbicara.
"Jadi, apa kata kita runtuhkan Tel Aviv sahaja, dan mengakhiri kesengsaraan ini?" Sinan menggeleng.
"Kalau ummah tidak terislah, maka kejayaan kita adalah sia-sia"
"Kenapa?" soalku tidak mengerti.
"Bayangkan, kita berjaya merampas Palestina dari Israel, kemudian? Kemudian...?"
"Tidakkah kau melihat betapa seluruh musuh-musuh Allah di pelusuk dunia akan menumpukan serangan mereka ke arah kita? Ketika itu bagaimana" Soal Sinan kepadaku bertubi-tubi.
Aku diam. Ya. Kalau kami berjaya, maka pastinya ini akan menggemparkan dunia. Negara-negara besar seperti Amerika syarikat tidak akan berdiam diri dan menunggu lama. Pastinya, semua kekuatan akan ditumpukan kepada kami.
"Kau nampak sekarang? Kalau ummah kita seperti hari ini, masih lagi nafsi-nafsi, bergaduhan, tidak bersatu, pengecut, tidak mengambil Islam sebagai perlembagaan, maka siapa yang akan bersama dengan kita ketika dunia menumpukan seluruh kekuatannya untuk menghapuskan kita?"
"Tiada. Akhirnya, semua perjuangan, pengorbanan sebelum ini akan menjadi sia-sia sahaja."
"Adakah, kau nak mengharapkan pada ummah kita yang tidak menjalankan perintah Allah ini?"
Tidak.
Mustahil.
"Adakah kau hendak mengharapkan pada ummah kita yang mengingkari Allah?" Lagi mustahil..
"Adakah kau hendak mengharapkan bantuan mereka yang tidak mengambil Islam sebagai cara hidup?"
"Tidak.kalau Islam tidak di ambil sebagai cara hidup, bagaimana hendak mengorbankan diri dalam membantu agama Allah? Dan ketahuilah Asad, bahawa ummat kita sedang terkena penyakit-penyakit cinta dunia ini. Mustahil mereka ini, akan membantu kita melainkan mereka ini terislah kepada yang benar semula".
"Wahn?" Soalku.
Sinan mengangguk. Wahn adalah perkataan yang membawa maksud CINTA DUNIA dan TAKUT MATI. Rasulullah SAW pernah bersabda akan wahn apabila berbicara berkenaan kelemahan ummat akhir zaman.
"Sebab itu, kita harus terus bersabar. Tugas kita, adalah bertahan dan menjaga apa yang masih ada."
"Habis, bagaimana dengan ummah yang perlu diislah kalau betul itu sahaja penyelesaiannya?"
Sinan menghela nafas. "Disinilah ujiannya. Hendak membebaskan Palestina, perlu amal jamaie. Amal jamaie tidak semestinya buat satu kerja sama-sama. tapi kita buat banyakl kerja, untuk capai satu matlamat yang sama. Amal jamaie tidaklah bermakna kita disini berperang, yang lain pun kena perang juga. Amal jamaie disini yang diperlukan adalah, kita berusaha bertahan, dan masyarakat diluar sana berusaha mengislah diri mereka." jawab Sinan panjang lebar.
"Patut la...." Aku teringat sesuatu.
"Patutlah apa?" tanya Sinan.
"Aku teringat yang Khaled Mesy'al ada berkata, apabila orang bertanya apa yang perlu dilakukan oleh orang yang diluar Palestina, dia menjawab: Kamu bergeraklah mengislah ummah di kawasan kamu, agar kembali kepada Islam yang sebenar. Itu adalah bantuan terbesar kamu untuk kami."
Sinan tersenyum."Ya, sebab tanpa kesedaran dan pengislahan ummah, maka Palestina ini tetap tidak akan terbebas sampai bila-bila"
Baru aku faham. Jihad kami bukan jihad semata-mata merampas semula satu kawasan yang dijajah. Jihad kami adalah bertahan, sambil terus-terusan memperkuat dan memperhebatkan diri, menanti ummah di luar sana bergerak mengislah diri mereka dan akhirnya barulah bersatudan membebaskan tanah mulia ini. Amal jamaie.
"Habis, bagaimana mereka di luar sana?"Aku bertanya lagi.
"Janganlah risau akan hal itu. Kalau Palestina ada kita, di negara-negara lain pun, ada orang-orang seperti kita. Cuma mereka mungkin tidak mengangkat senjata. Mereka bergerak mengislah masyarakat dengan fikrah mereka, mengajak ummah agar kembali kepada Islam yang sebenarnya."
"Benarkah?"
"Benar,bukan kita sahaja yangfaham penyelesaian kepada masalah Palestina ini."
Aku gembira. Aku rasa sangat gembira. Maka sekarang, tugas akami adalah bertahan, terus-terusan menjaga tanah ini. Aku rasa bersemangat. Aku nampak matlamatku. Ak-47 kupeluk erat, meluahkan gembiraku kepadanya.
Sinan terus tersenyum. Kami memandang langit bersama-sama. Moga Allah mencampakkan hidayah kepada semua yang berada di luar sana. Kami akan terus bertahan, menanti kebangkitan saudara-saudara kami di luar sana untuk sedar dan bergabung berjuang dengan kami nanti. Bila tiba saatnya, kami akan memenangi peperangan ini, seterusnya disokong seluruh saudara kami di luar sana. Senyuman aku tidak lekang, melalui malam.
Wahai ummah, aku memanggil-manggil kamu....
...di sini kami bersama... menukilkan kalimah, mengeratkan ukhwah, menyimpulkan fikrah
SALAM
Wednesday, December 14, 2011
Saturday, November 12, 2011
Ikatan ini Anugerah Teristimewa PemberianNya
Sebut saja A dan B. Dua orang sahabat yang sejak kecil sering bercanda bersama, menangis bersama, bahkan melanjutkan sekolah hingga perguruan tinggi pun selalu bersama. Kecocokan antara keduanya telah terbingkai dalam sebuah jalinan persaudaraan yang unik, yang tak mudah kita temui di kebanyakan episode persaudaraan yang lain.
Suatu ketika, di sebuah serambi masjid kampus, mereka sepakat untuk saling mengoreksi dan mengevaluasi dir mereka masing-masing. Si A harus mengevaluasi kekurangan dan kelebihan si B. Begitu pun sebaliknya, si B juga harus bisa menyebutkan kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri si A. Mereka bersepakat bahwa beberapa hari lagi akan bertemu di tempat yang sama untuk menyampaikan hasil evaluasi yang mereka siapkan mulai dari pertemuan itu. Hingga tibalah hari dimana mereka menyampaikan boring evaluasinya.
“A, silakan kamu mulai bacakan evaluasimu terhadap tingkahku selama ini.” Ucap si A mengawali pembicaraan.
“Tidak B, kamu saja yang memulainya. Sepertinya tulisanmu lebih banyak. Dan sepertinya kamu lebih siap untuk menyampaikannya lebih dahulu.”
“Hmm, baiklah. Aku yang akan memulainya.”
“Silakan B, aku akan mendengarkan.”
“Tapi,,, kamu janji ya tidak akan marah padaku setelah kubacakan penilaianku padamu?”
“Baiklah, aku tidak akan marah. Sampaikan saja sejujurnya padaku.”
“Err, kamu mau mendengar yang mana dulu? Tentang kelebihanmu atau kekuranganmu?”
“Kekuranganku saja dulu.”
“A, kamu itu orangnya egois, maunya selalu diperhatikan, tidak peka sama lingkungan, tak pernah mau terus terang tentang masalah yang menimpamu. Kamu itu selalu menyalahkan orang lain ketika ada masalah yang menimpamu, kamu itu……”
“maaf B, maafkan aku bila selama ini telah sering menyakitimu.” Ujar si A memotong perkataan si B yang sedang membacakan evaluasinya.
“Tak apa A, maaf juga bila kamu telah tersinggung mendengarkan evaluasiku ini. Tapi, aku masih belum selesai membacakannya. Apakah harus ku hentikan?”
“Tidak B, lanjutkan saja. Aku akan terus mendengarkannya.” Kata si A sambil menyeka pipinya yang mulai meneteskan air mata.
“Kamu itu, maaf…. Pemalas, tergantung pada orang tua, selalu bilang aku seperti anak-anak. Dan kamu itu plin-plan….” Sejenak B menatap wajah saudaranya. Binar matanya mulai terbasahi air mata yang mulai menetes melintasi pipinya.
“A, ada apa? Apa ku menyakitimu? Kalau begitu aku hentikan saja evaluasiku. Aku tak ingin sahabatku bersedih seperti ini.”
“Tidak apa B, terus lanjutkan saja. Aku akan terus mendengarkan nasihat dari sahabat terbaik ku.”
“Aku tak sanggup melihatmu bersedih seperti ini. Biar ku hentikan saja ya.”
“Tolong B, lanjutkan saja. Aku tidak apa-apa sahabatku. Aku hanya ingin mengetahui dari lisanmu mengenai kesalahan-kesalahanku padamu. Apakah kekuranganku masih banyak?” ujar A sambil menahan tangis yang hampir meledak “Maaf A, masih ada tiga halaman lagi. Baiklah, aku lanjutkan.” Si B pun melanjutkan membaca daftar kekurangan si a yang telah ia tuliskan.
Selanjutnya, si B membacakan daftar kelebihan yang dimiliki si A.
“A, bagiku kamu tetap istimewa, kamu adalah temanku yang paling cerdas dan kamu sering mengingatkanku bila ku tersalah.” Si B membacakan daftar kelebihan si A yang hanya tiga paragraph tersebut.
“Sudah A, aku sudah membacakan semuanya. Selanjutnya giliranmu.”
Sambil berusaha senyum, si A membacakan daftar kelebihan dan kekurangan si B.
“Sekarang aku akan membacakan kelebihanmu dulu saja ya B.”
“Baik A, kalau kamu berkenan, silakan.”
“Kamu itu kreatif, cekatan, suka menolong, penuh ide brilian, konsisten, tak mengharap imbalan duniawi, kata-katamu selalu terjaga, dan selalu senyum tatkala menyapa orang-orang di sekitarmu….” Ucap si A panjang lebar hingga tiga halaman A4 ia selesai bacakan.
“sudah B, aku sudah selesai membacakan semua yang kutulis.”
“kekuranganku?”
“Tidak, tidak ada…. Aku sudah rampung membaca semua evaluasiku padamu saudaraku.”
“Apa maksudmu? Apa saja kekuranganku dan tingkah burukku yang telah menyakitimu selama aku menjadi sahabatmu A? coba sebutkan saja, aku tidak akan marah.”
“Aku tak bisa menuliskan apapun pada lembar kekuranganmu A. bagiku, kekuranganmu telah mengajarkanmu untuk lebih dewasa dan bijak dalam mengambil setiap keputusan. Dan semua itu telah terbingkai indah dalam memori hidupku sahabatku. Oleh karena itu tak ada yang bisa kubacakan mengenai kekuranganmu.”
“Duhai sahabatku, maafkan aku. Sungguh engkau adalah sahabat terbaik yang pernah kutemui. Engkau adalah mutiara yang selalu menjadi perhiasan dalam hidupku, menghiasi setiap lembaran perjalanan kehidupan yang penuh kejadian mengharu biru ini.”
Dan kini, serambi masjid kampus itu pun menjadi saksi, tetesan air mata yang mengalir karena sebuah ikatan yang begitu berharga. Ikatan ukhuwah.
*****
Ah, rasanya aku belum bisa menjadi seperti A yang mampu menangkap setiap aura kebaikan dari sahabatnya. Menjadikan segala kekurangan sahabatnya sebagai pelecut semangat untuk mendewasakan diri tanpa mengungkit-ngungkit apalagi membicarakan kekurangan sahabatnya pada orang lain. Kita, pasti pernah punya salah. Bahkan sering kita lakukan pada orang lain. Pada sahabat kita. Saat ego masih tersimpan dalam hati, saat persepsi menutupi mata hati bahwa orang lain harus menjadi yang sempurna di hadapan kita, tanpa cacat, tanpa kekurangan. Maka, sesungguhnya kita telah membutakan mata hati kita untuk memberikan permaafan pada orang lain. Menganggap setiap kesalahan sahabat kita adalah dosa besar yang takkan termaafkan dan telah menutup pintu maaf bagi setiap kesalahan mereka.
Sahabatku, Saudaraku… ikatan kita bukan sembarang ikatan. Kita diikat bukan karena kesamaan kampus, kesamaan asal daerah, kesamaan jurusan, kesamaan organisasi. Akan tetapi kita diikat atas dasar cinta yang terbingkai dalam ukhuwah. Cinta pada Allah dan ukhuwah yang menggelora mempersatukan setiap keping-keping hati yang tersebar di seluruh penjuru bumi-Nya ini.
Sahabatku, Saudaraku… ikatan kita adalah ikatan yang istimewa. Yang telah dipertautkan oleh Yang Maha Istimewa, yang selalu kita ucapkan doa-doa rabithah dalam waktu istimewa kita, di sepertiga malam terakhir sambil berdoa, Ya Allah….Sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu ,berhimpun dalam naungan cintaMu, bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan, Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya, terangilah dengan cahayaMu, yang tiada pernah padam, Ya Rabbi bimbinglah kami. Lapangkanlah dada kami, dengan karunia iman dan indahnya tawakal padaMu, hidupkan dengan ma’rifatMu, matikan dalam syahid di jalan Mu, Engkaulah pelindung dan pembela…..
Sumber: link
Suatu ketika, di sebuah serambi masjid kampus, mereka sepakat untuk saling mengoreksi dan mengevaluasi dir mereka masing-masing. Si A harus mengevaluasi kekurangan dan kelebihan si B. Begitu pun sebaliknya, si B juga harus bisa menyebutkan kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri si A. Mereka bersepakat bahwa beberapa hari lagi akan bertemu di tempat yang sama untuk menyampaikan hasil evaluasi yang mereka siapkan mulai dari pertemuan itu. Hingga tibalah hari dimana mereka menyampaikan boring evaluasinya.
“A, silakan kamu mulai bacakan evaluasimu terhadap tingkahku selama ini.” Ucap si A mengawali pembicaraan.
“Tidak B, kamu saja yang memulainya. Sepertinya tulisanmu lebih banyak. Dan sepertinya kamu lebih siap untuk menyampaikannya lebih dahulu.”
“Hmm, baiklah. Aku yang akan memulainya.”
“Silakan B, aku akan mendengarkan.”
“Tapi,,, kamu janji ya tidak akan marah padaku setelah kubacakan penilaianku padamu?”
“Baiklah, aku tidak akan marah. Sampaikan saja sejujurnya padaku.”
“Err, kamu mau mendengar yang mana dulu? Tentang kelebihanmu atau kekuranganmu?”
“Kekuranganku saja dulu.”
“A, kamu itu orangnya egois, maunya selalu diperhatikan, tidak peka sama lingkungan, tak pernah mau terus terang tentang masalah yang menimpamu. Kamu itu selalu menyalahkan orang lain ketika ada masalah yang menimpamu, kamu itu……”
“maaf B, maafkan aku bila selama ini telah sering menyakitimu.” Ujar si A memotong perkataan si B yang sedang membacakan evaluasinya.
“Tak apa A, maaf juga bila kamu telah tersinggung mendengarkan evaluasiku ini. Tapi, aku masih belum selesai membacakannya. Apakah harus ku hentikan?”
“Tidak B, lanjutkan saja. Aku akan terus mendengarkannya.” Kata si A sambil menyeka pipinya yang mulai meneteskan air mata.
“Kamu itu, maaf…. Pemalas, tergantung pada orang tua, selalu bilang aku seperti anak-anak. Dan kamu itu plin-plan….” Sejenak B menatap wajah saudaranya. Binar matanya mulai terbasahi air mata yang mulai menetes melintasi pipinya.
“A, ada apa? Apa ku menyakitimu? Kalau begitu aku hentikan saja evaluasiku. Aku tak ingin sahabatku bersedih seperti ini.”
“Tidak apa B, terus lanjutkan saja. Aku akan terus mendengarkan nasihat dari sahabat terbaik ku.”
“Aku tak sanggup melihatmu bersedih seperti ini. Biar ku hentikan saja ya.”
“Tolong B, lanjutkan saja. Aku tidak apa-apa sahabatku. Aku hanya ingin mengetahui dari lisanmu mengenai kesalahan-kesalahanku padamu. Apakah kekuranganku masih banyak?” ujar A sambil menahan tangis yang hampir meledak “Maaf A, masih ada tiga halaman lagi. Baiklah, aku lanjutkan.” Si B pun melanjutkan membaca daftar kekurangan si a yang telah ia tuliskan.
Selanjutnya, si B membacakan daftar kelebihan yang dimiliki si A.
“A, bagiku kamu tetap istimewa, kamu adalah temanku yang paling cerdas dan kamu sering mengingatkanku bila ku tersalah.” Si B membacakan daftar kelebihan si A yang hanya tiga paragraph tersebut.
“Sudah A, aku sudah membacakan semuanya. Selanjutnya giliranmu.”
Sambil berusaha senyum, si A membacakan daftar kelebihan dan kekurangan si B.
“Sekarang aku akan membacakan kelebihanmu dulu saja ya B.”
“Baik A, kalau kamu berkenan, silakan.”
“Kamu itu kreatif, cekatan, suka menolong, penuh ide brilian, konsisten, tak mengharap imbalan duniawi, kata-katamu selalu terjaga, dan selalu senyum tatkala menyapa orang-orang di sekitarmu….” Ucap si A panjang lebar hingga tiga halaman A4 ia selesai bacakan.
“sudah B, aku sudah selesai membacakan semua yang kutulis.”
“kekuranganku?”
“Tidak, tidak ada…. Aku sudah rampung membaca semua evaluasiku padamu saudaraku.”
“Apa maksudmu? Apa saja kekuranganku dan tingkah burukku yang telah menyakitimu selama aku menjadi sahabatmu A? coba sebutkan saja, aku tidak akan marah.”
“Aku tak bisa menuliskan apapun pada lembar kekuranganmu A. bagiku, kekuranganmu telah mengajarkanmu untuk lebih dewasa dan bijak dalam mengambil setiap keputusan. Dan semua itu telah terbingkai indah dalam memori hidupku sahabatku. Oleh karena itu tak ada yang bisa kubacakan mengenai kekuranganmu.”
“Duhai sahabatku, maafkan aku. Sungguh engkau adalah sahabat terbaik yang pernah kutemui. Engkau adalah mutiara yang selalu menjadi perhiasan dalam hidupku, menghiasi setiap lembaran perjalanan kehidupan yang penuh kejadian mengharu biru ini.”
Dan kini, serambi masjid kampus itu pun menjadi saksi, tetesan air mata yang mengalir karena sebuah ikatan yang begitu berharga. Ikatan ukhuwah.
*****
Ah, rasanya aku belum bisa menjadi seperti A yang mampu menangkap setiap aura kebaikan dari sahabatnya. Menjadikan segala kekurangan sahabatnya sebagai pelecut semangat untuk mendewasakan diri tanpa mengungkit-ngungkit apalagi membicarakan kekurangan sahabatnya pada orang lain. Kita, pasti pernah punya salah. Bahkan sering kita lakukan pada orang lain. Pada sahabat kita. Saat ego masih tersimpan dalam hati, saat persepsi menutupi mata hati bahwa orang lain harus menjadi yang sempurna di hadapan kita, tanpa cacat, tanpa kekurangan. Maka, sesungguhnya kita telah membutakan mata hati kita untuk memberikan permaafan pada orang lain. Menganggap setiap kesalahan sahabat kita adalah dosa besar yang takkan termaafkan dan telah menutup pintu maaf bagi setiap kesalahan mereka.
Sahabatku, Saudaraku… ikatan kita bukan sembarang ikatan. Kita diikat bukan karena kesamaan kampus, kesamaan asal daerah, kesamaan jurusan, kesamaan organisasi. Akan tetapi kita diikat atas dasar cinta yang terbingkai dalam ukhuwah. Cinta pada Allah dan ukhuwah yang menggelora mempersatukan setiap keping-keping hati yang tersebar di seluruh penjuru bumi-Nya ini.
Sahabatku, Saudaraku… ikatan kita adalah ikatan yang istimewa. Yang telah dipertautkan oleh Yang Maha Istimewa, yang selalu kita ucapkan doa-doa rabithah dalam waktu istimewa kita, di sepertiga malam terakhir sambil berdoa, Ya Allah….Sesungguhnya Engkau tahu bahwa hati ini telah berpadu ,berhimpun dalam naungan cintaMu, bertemu dalam ketaatan, bersatu dalam perjuangan, menegakkan syariat dalam kehidupan, Kuatkanlah ikatannya, kekalkanlah cintanya, tunjukilah jalan-jalannya, terangilah dengan cahayaMu, yang tiada pernah padam, Ya Rabbi bimbinglah kami. Lapangkanlah dada kami, dengan karunia iman dan indahnya tawakal padaMu, hidupkan dengan ma’rifatMu, matikan dalam syahid di jalan Mu, Engkaulah pelindung dan pembela…..
Sumber: link
Wednesday, November 2, 2011
Semoga Ummat Terislah!!! (Part 3)
"Masya Allah ya syabab, kamu nampak sangat bersemangat." Abu Syahid menepuk belakang tubuhku. Aku menggeleng.
"Abu Syahid, apa bezanya denganmu? Walaupun berumur tapi tangkas. Berapa kereta kebal telah kamu letupkan semalam?"
"Tiadalah kamu yang meletupkan itu apabila kamu meletupkan itu, melainkan Allah jugalah yang meletupkannya."
Saya ketawa. Abu Syahid, amat merendah diri . Tawaddu', itu antara ciri-ciri kepimpinan yang ada dalam semua pemimpin kami. Walaupun dia seorang general yang hebat, tetap mempunyai ciri seperti ini. Sebenarnya, kata-kata Abu Syahid tadi adalah maksud firman Allah SWT yang sering dibacakannya sebelum menembak
"Dan tidaklah kamu yang melontar ketika kamu melontar melainkan Allah jugalah yang melontar." Segalanya diserahkan pada Allah SWT.
"Alhamdulillah, Allah beri kemenangan kepada kita."
"Alhamdulillah." Aku dan rakan-rakan yang lain menjawab.
"Tapi Abu Syahid, kemenangan ini belum muktamad. Bila agaknya bumi ini akan dibebaskan oleh Allah SWT?" Ahmad Khaffajah bersuara.
"Esok akan ada peperangan lagi, lusa akan ada peperangan lagi, dan begitulah seterusnya ya Abu Syahid. Bila semua ini akan berakhir? " Ayyub, seorang lagi sahabatku bersuara.
Abu Syahid mengukir senyuman. "Bila Ummat terislah."
"Saya sebenarnya tidak faham . Apa maksud Abu Syahid apabila ummat terislah?
Kita memperkuatkan diri kita semenjak beberapa tahun kebelakangan ini. Kita sukar apabila Israel membedil tanah kita, bukankah kita sudah ada kekuatan untuk menumbangkan mereka?" Muhannad, rakan rapatku dalam kumpulan ini seakan tidak berpuas hati.
Aku juga ingin mengetahui jawapan Abu Syahid. Sebenarnya, bukan Abu Syahid sahaja. Semua kepimpinan kami, kalau ditanya bila peperangan ini akan berakhir, maka mereka akan menjawab: Bila ummat terislah.
Kami tidak faham. Sedangkan, kami amat arif betapa tentera kami sudah cukup bersedia untuk menumbangkan Tel Aviv. Semenjak beberapa tahun kebelakangan ini,walaupun kami tahu teknologi mereka sudah meningkat , tetapi mereka tetap tidak mampu menembusi sempadan kawasan kami. Walaupun bilangan tentera kami lebih sedikit, dan senjata kami tidaklah setaraf dengan senjata mereka, tetapi kami mempunyai kekuatan yang mereka tiada. Malah, strategi kami amat ampuh. pembuat-pembuat senjata dan letupan kami juga semakin hebat.
Kenapa perlu menanti ummah ini terislah?? Berapa lama itu??
Abu Syahid memandang kami semua.
"Adakah kamu sudah bosan dengan harian kamu?"
"Tidak, ya Abu Syahid, cuma hati kami tercalar-calar melihat tanah ini dinodai. Kami ingin menghentikannya segera". Muntasir Billah, seorang lagi ahli kami menjawab.
*p/s: kepada pembaca2 setia notaperjalanankami~ pada pandangan anda mengapakah kita perlu menunnggu hingga UMMAH TERISLAH??? Sila berikan komentar anda sebelum saya mengakhiri cerpen ini ..
~Moga Allah Redho~
7.00pm
2 November 2011
Selatan Semenanjung Malaysia.
Moga kita mampu menyumbang kepada pengislahan ummah!
"Abu Syahid, apa bezanya denganmu? Walaupun berumur tapi tangkas. Berapa kereta kebal telah kamu letupkan semalam?"
"Tiadalah kamu yang meletupkan itu apabila kamu meletupkan itu, melainkan Allah jugalah yang meletupkannya."
Saya ketawa. Abu Syahid, amat merendah diri . Tawaddu', itu antara ciri-ciri kepimpinan yang ada dalam semua pemimpin kami. Walaupun dia seorang general yang hebat, tetap mempunyai ciri seperti ini. Sebenarnya, kata-kata Abu Syahid tadi adalah maksud firman Allah SWT yang sering dibacakannya sebelum menembak
"Dan tidaklah kamu yang melontar ketika kamu melontar melainkan Allah jugalah yang melontar." Segalanya diserahkan pada Allah SWT.
"Alhamdulillah, Allah beri kemenangan kepada kita."
"Alhamdulillah." Aku dan rakan-rakan yang lain menjawab.
"Tapi Abu Syahid, kemenangan ini belum muktamad. Bila agaknya bumi ini akan dibebaskan oleh Allah SWT?" Ahmad Khaffajah bersuara.
"Esok akan ada peperangan lagi, lusa akan ada peperangan lagi, dan begitulah seterusnya ya Abu Syahid. Bila semua ini akan berakhir? " Ayyub, seorang lagi sahabatku bersuara.
Abu Syahid mengukir senyuman. "Bila Ummat terislah."
"Saya sebenarnya tidak faham . Apa maksud Abu Syahid apabila ummat terislah?
Kita memperkuatkan diri kita semenjak beberapa tahun kebelakangan ini. Kita sukar apabila Israel membedil tanah kita, bukankah kita sudah ada kekuatan untuk menumbangkan mereka?" Muhannad, rakan rapatku dalam kumpulan ini seakan tidak berpuas hati.
Aku juga ingin mengetahui jawapan Abu Syahid. Sebenarnya, bukan Abu Syahid sahaja. Semua kepimpinan kami, kalau ditanya bila peperangan ini akan berakhir, maka mereka akan menjawab: Bila ummat terislah.
Kami tidak faham. Sedangkan, kami amat arif betapa tentera kami sudah cukup bersedia untuk menumbangkan Tel Aviv. Semenjak beberapa tahun kebelakangan ini,walaupun kami tahu teknologi mereka sudah meningkat , tetapi mereka tetap tidak mampu menembusi sempadan kawasan kami. Walaupun bilangan tentera kami lebih sedikit, dan senjata kami tidaklah setaraf dengan senjata mereka, tetapi kami mempunyai kekuatan yang mereka tiada. Malah, strategi kami amat ampuh. pembuat-pembuat senjata dan letupan kami juga semakin hebat.
Kenapa perlu menanti ummah ini terislah?? Berapa lama itu??
Abu Syahid memandang kami semua.
"Adakah kamu sudah bosan dengan harian kamu?"
"Tidak, ya Abu Syahid, cuma hati kami tercalar-calar melihat tanah ini dinodai. Kami ingin menghentikannya segera". Muntasir Billah, seorang lagi ahli kami menjawab.
*p/s: kepada pembaca2 setia notaperjalanankami~ pada pandangan anda mengapakah kita perlu menunnggu hingga UMMAH TERISLAH??? Sila berikan komentar anda sebelum saya mengakhiri cerpen ini ..
~Moga Allah Redho~
7.00pm
2 November 2011
Selatan Semenanjung Malaysia.
Moga kita mampu menyumbang kepada pengislahan ummah!
Friday, October 28, 2011
Semoga Ummah TerISLAH!!! (Part 2)
"Usamah nak ikut abang". Tangan kecilnya menarik seluarku. Ditarik mengejut, membuatkan kifayeh di leherku melebar ke dada. Aku membetulkan kifayehku, sekaligus duduk memandang mata biru Usamah.
"Sayang, sayang tinggal di rumah dengan ibu. Abang mungkin tidak akan pulang."
Dan aku keluar tanpa memandang ke belakang lagi. Tangisan Usamah selepas itu tidak menghentikan langkahku. Yang menemaniku hanyalah Ak-47 warisanku daripada ayah yang telah syahid, dan keimananku yang tidak tergugah kepada Allah SWT.
"Ibu redha padamu sayang, ibu redha". Itu kata-kata ibu dengan linangan air mata.
Bom!
Bumi bergegar. Ledakan bom yang amat kuat mengejutkan aku dari lena.
"Yallah, bergerak mengikut rancangan, bergerak!" Abu Syahid sebagai ketua pertahanan mengeluarkan arahan.
Aku terus bergerak ke posisi yang telah ditatapkan. kami menggunakan teknik Khalid Al-Walid semasa peperangan Mu'tah untuk mengaburi musuh dengan membuatkan bilangan kami kelihatan ramai. Bulan terang merupakan kekurangan kepada kami yang cuba bersembunyi dalam kegelapan malam, namun ini juga kelebihan kami untuk mengesan kehadiran mereka. Kami seakan-akan seri.
Aku tidak terus membedil. Memandangkan bekalan peluru kami amat sedikit, aku lebih senang memerhatikan sasaran aku terlebih dahulu, dan menembak dengan tepat. Tidak membazirkan peluru aku. Kelebihan yang Allah berikan kepada aku adalah, mata aku amat tajam. Aku membidik beberapa kali pada kelibat-kelibat yang mampu ditangkap oleh mataku. Setiap bidikan menamatkan nyawa. Aku amat arif dengan pakaian ketenteraan Israel. Kami telah mengkaji di bahagian mana peluru boleh menembusi tubuh mereka.
Rakan-rakanku yang lain membedil dengan ganas tanpa memberikan peluang tentera-tentera Israel bergerak maju ke hadapan.
"Wama ramaita iz ramaita walakinnalaha rama!" Abu Syahid menjerit sebelum melepasakan tembakan bazooka. Peluru menuju tepat ke lubang penembak kereta kebal, menyebabkan kereta kebal itu meletup dengan kuat sekali. Kedudukan tentera Israel semakin jelas dengan cahaya dari api yang keluar. Aku mengambil peluang ini dengan membidik mati beberapa orang lagi tentera Israel.
"Ubah posisi!" Abu Syahid mengeluarkan arahan.
Tembakan abu Syahid tadi menjelaskan kedudukan kami, menyebabkan bangunan tempat kami bersembunyi diketahui. tentera Israel mula menumpukan perhatiannya ke arah kami. Perkara ini sudah kami jangka. kami bergerak ke posisi seterusnya. Bangunan tempat kami bertahan, ditinggalkan. Baru sahaja kami keluar dari bangunan itu, letupan besar berlaku menyebabkan tingkat tempat kami berlindung tadi roboh dan hancur. Satu lagi kereta kebal mereka menyerang.
Ketika ini, kami dapat mendengar tembakan bertalu-talu di kawasan tentera Israel. Satu lagi kumpulan penyerang sedang melaksanakan tugas. Mereka dari sudut yang berbeza, bertindak sebagai pengkucar- kacir barisan tentera Israel. Strategi ini akan membuatkan kami kelihatan amat ramai, walaupun sebenarnya satu pasukan kami, hanya 10 orang sahaja beraksi. Malam ini, sekitar 3 kumpulan sahaja yang dihantar untuk menguruskan tentera Israel yang memecah masuk kawasan ini.
"Tenang. tenang Ya syabab." Abu Syahid menepuk-nepuk dadaku.
Aku mengiyak sengih. Aku tenang. Aku kembali tenang. peluru baru kumasukkan, mengantikan kelongsong-kelongsong kosong. Kami menyerang lagi selepas tentera Israel mula menumpukan perhatian mereka ke pasukan yang lagi satu. Keadaan mereka kucar-kacir. Siapa yang lebih tahu akan kawasan ini daripada kami? Hanya Allah.
Aku membidik dengan sepenuh perhatian. Bunyi letupan dan tembakan peluru sudah menjadi musik harian aku.
Semenjak ibu melepasakan aku sebagai seorang mujahid, aku tidak lagi berhajatkan apa-apa melainkan kemenangan di tangan muslimin. Aku tidak kisah tidur dimana sahaja, aku tidak kisah makan minum apa sahaja, aku tidak kisah mandi atau tidak. Aku hanya kisah perjuangan aku, dan hubungan aku dengan Allah SWT. Inilah hakikat menjadi mujahid. Hidup bukan mudah, jalan hidup ditaburi duri-duri terpacak. Kalau dunia itu ada di dalam hati, maka ini tidak akan mampu dilalui. Kecuali selepas melepaskan dunia dari hati, maka tiadalah apa-apa yang dihargai oleh diri ini melainkan apa yang Allah redhai.
Dan aku sentiasa mengharapkan, aku adalah orang yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah bersabda:
Sahabat-sahabat bertanya:
Rasulullah menjawab:
"Takbir! Takbir! Takbir!". Kami menyahut dengan Allahu Akhbar, sambil terus-terusan membidik musuh. Inilah rutin kami. Kami, yang berada di sekitar Baitul Maqdis.
"Sayang, sayang tinggal di rumah dengan ibu. Abang mungkin tidak akan pulang."
Dan aku keluar tanpa memandang ke belakang lagi. Tangisan Usamah selepas itu tidak menghentikan langkahku. Yang menemaniku hanyalah Ak-47 warisanku daripada ayah yang telah syahid, dan keimananku yang tidak tergugah kepada Allah SWT.
"Ibu redha padamu sayang, ibu redha". Itu kata-kata ibu dengan linangan air mata.
Bom!
Bumi bergegar. Ledakan bom yang amat kuat mengejutkan aku dari lena.
"Yallah, bergerak mengikut rancangan, bergerak!" Abu Syahid sebagai ketua pertahanan mengeluarkan arahan.
Aku terus bergerak ke posisi yang telah ditatapkan. kami menggunakan teknik Khalid Al-Walid semasa peperangan Mu'tah untuk mengaburi musuh dengan membuatkan bilangan kami kelihatan ramai. Bulan terang merupakan kekurangan kepada kami yang cuba bersembunyi dalam kegelapan malam, namun ini juga kelebihan kami untuk mengesan kehadiran mereka. Kami seakan-akan seri.
Aku tidak terus membedil. Memandangkan bekalan peluru kami amat sedikit, aku lebih senang memerhatikan sasaran aku terlebih dahulu, dan menembak dengan tepat. Tidak membazirkan peluru aku. Kelebihan yang Allah berikan kepada aku adalah, mata aku amat tajam. Aku membidik beberapa kali pada kelibat-kelibat yang mampu ditangkap oleh mataku. Setiap bidikan menamatkan nyawa. Aku amat arif dengan pakaian ketenteraan Israel. Kami telah mengkaji di bahagian mana peluru boleh menembusi tubuh mereka.
Rakan-rakanku yang lain membedil dengan ganas tanpa memberikan peluang tentera-tentera Israel bergerak maju ke hadapan.
"Wama ramaita iz ramaita walakinnalaha rama!" Abu Syahid menjerit sebelum melepasakan tembakan bazooka. Peluru menuju tepat ke lubang penembak kereta kebal, menyebabkan kereta kebal itu meletup dengan kuat sekali. Kedudukan tentera Israel semakin jelas dengan cahaya dari api yang keluar. Aku mengambil peluang ini dengan membidik mati beberapa orang lagi tentera Israel.
"Ubah posisi!" Abu Syahid mengeluarkan arahan.
Tembakan abu Syahid tadi menjelaskan kedudukan kami, menyebabkan bangunan tempat kami bersembunyi diketahui. tentera Israel mula menumpukan perhatiannya ke arah kami. Perkara ini sudah kami jangka. kami bergerak ke posisi seterusnya. Bangunan tempat kami bertahan, ditinggalkan. Baru sahaja kami keluar dari bangunan itu, letupan besar berlaku menyebabkan tingkat tempat kami berlindung tadi roboh dan hancur. Satu lagi kereta kebal mereka menyerang.
Ketika ini, kami dapat mendengar tembakan bertalu-talu di kawasan tentera Israel. Satu lagi kumpulan penyerang sedang melaksanakan tugas. Mereka dari sudut yang berbeza, bertindak sebagai pengkucar- kacir barisan tentera Israel. Strategi ini akan membuatkan kami kelihatan amat ramai, walaupun sebenarnya satu pasukan kami, hanya 10 orang sahaja beraksi. Malam ini, sekitar 3 kumpulan sahaja yang dihantar untuk menguruskan tentera Israel yang memecah masuk kawasan ini.
"Tenang. tenang Ya syabab." Abu Syahid menepuk-nepuk dadaku.
Aku mengiyak sengih. Aku tenang. Aku kembali tenang. peluru baru kumasukkan, mengantikan kelongsong-kelongsong kosong. Kami menyerang lagi selepas tentera Israel mula menumpukan perhatian mereka ke pasukan yang lagi satu. Keadaan mereka kucar-kacir. Siapa yang lebih tahu akan kawasan ini daripada kami? Hanya Allah.
Aku membidik dengan sepenuh perhatian. Bunyi letupan dan tembakan peluru sudah menjadi musik harian aku.
Semenjak ibu melepasakan aku sebagai seorang mujahid, aku tidak lagi berhajatkan apa-apa melainkan kemenangan di tangan muslimin. Aku tidak kisah tidur dimana sahaja, aku tidak kisah makan minum apa sahaja, aku tidak kisah mandi atau tidak. Aku hanya kisah perjuangan aku, dan hubungan aku dengan Allah SWT. Inilah hakikat menjadi mujahid. Hidup bukan mudah, jalan hidup ditaburi duri-duri terpacak. Kalau dunia itu ada di dalam hati, maka ini tidak akan mampu dilalui. Kecuali selepas melepaskan dunia dari hati, maka tiadalah apa-apa yang dihargai oleh diri ini melainkan apa yang Allah redhai.
Dan aku sentiasa mengharapkan, aku adalah orang yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. Rasulullah bersabda:
"Akan sentiasa ada segolongan umatku yang menegakkan kebenaran, dan berjuang menentang musuh mereka. Barangsiapa yang cuba menghampakan mereka, sesekali tidak akan dapat melukakan mereka, mahupun oleh kesusahan yang menimpa mereka, sehingga datang keputusan Allah, dan mereka akan tetap sedemikian."
Sahabat-sahabat bertanya:
"Wahai Rasulullah, di manakah mereka ini?"
Rasulullah menjawab:
"Di Baitul Maqdis, dan sekitar Baitul Maqdis."
"Takbir! Takbir! Takbir!". Kami menyahut dengan Allahu Akhbar, sambil terus-terusan membidik musuh. Inilah rutin kami. Kami, yang berada di sekitar Baitul Maqdis.
Tuesday, October 25, 2011
Semoga Ummah TerISLAH!!! (Part 1)
Rasulullah SAW bersabda:
Sahabat-sahabat bertanya:
Rasulullah SAW menjawab:"Tidak, bahkan kamu ramai.Tetapi hanya seperti buih di lautan"
Sabda Rasulullah SAW yang masyhur akan keadaan ummatnya pada akhir zaman, terngiang-ngiang di dalam kepalaku. Ak-47 kurapatkan ke dada. Teman setiaku beberapa tahun ke belakangan ini. Ku layan seperti salah sebuah bahagian tubuhku. Sekarang aku sedang bertahan bersama sekumpulan kumpulan pejuang yang lain. Israel memecah masuk kawasan kami secara mengejut semalam dan melakukan kemusnahan yang besar. Mujur plan kecemasan dapat berjalan dengan baik, maka bilangan yang terkorban amat sedikit. Kini, bandar ini telah kosong dan yang tinggal hanya pejuang-pejuang sahaja.
Dalam kesejukan malam yang mencecah 0 darjah celcius ini, fikiran aku menerawang kepada nasib kami, penduduk tanah berdarah Palestina. Sampai bila agaknya kami akan begini? Tiba-tiba bahuku dicuit. Aku menoleh, kelihatan Abu Syahid sedang tersenyum ke arahku. Terang cahaya rembulan membuatkan wajahnya yang bersih tampak bersinar. "Pejuang tidak boleh leka wahai Asad".
Aku mengemaskan pegangan senjataku. Kami ditugaskan mengawal di bahagian hadapan. Menanti musuh yang melalui di kawasan ini untuk melancarkan serangan hendap."Apa yang kamu fikirkan hingga ku lihat seakan-akan rohmu sudah terawang-awangan?" Abu Syahid menyoal. Walaupun umurnya lebih tua, dan pengalamannya lebih luas, dia memang terkenal dengan sikap ramah dengan mereka yang lebih muda daripadanya.
"Hanya terfikir akan nasib kita". Aku menjawab pendek. Segan sebenarnya.
Abu Syahid mengangguk. "Apa maksud nasib kita?".
"Ya la, nasib bumi kita ini, nasib diri kita ini". Jawabku pendek.
"Kau rasa menyesal dengan ansib yang Allah berikan ini?"soalnya lagi
Aku menggeleng.
"Sesekali tidak. Walaupun orang melihat ini satu bencana, aku melihat ini satu kemuliaan. Peluang berjihad di jalan Allah, peluang mengorbankan nyawa, dan peluang untuk mencapai syahid. Kemuliaan apakah yang lebih besar daripada kemuliaan ini?" ulas Abu Syahid lagi.
"Saya cuma terfikir akan amsa hadapan kita."
"Kau rasa kita tida masa hadapan?"
Sekali lagi aku menggeleng.
"Bukankah Allah telah berjanji tidak akan mensia-siakan kita?" Abu Syahid menguntum senyum. "Habis, apa yang kau gusarkan?"
"Bila semua ini akan berakhir?" Aku menghela nafas.
"Bila umat terislah". Jawabnya pendek.
Abu Syahid, membuatkan aku diam dan berfikir.... bila umat terislah. Membuatkan aku teringat akan hadis riwayat Abu Daud tadi.
"Kalau begitu, tidak akan berakhir la perjuangan kita ini?" Aku merenung ke dalam mata Abu Syahid..
Abu Syahid ketawa kecil. "Akan berakhir, apabila umat ini terislah".
Jawapannya membuatkan aku terdiam. Abu Syahid tidak pula menyambung kalamnya. Perhatian kami terus tertumpu pada suasana sekeliling. Rembulan terang hari ini, menemani penjagaan kami
Back to Gaza. Sharing from the article that I had read during my semester holiday. Hopefully this article may bring our heart to been close to our brothers and sister in Palestine
27 Zulqaedah 1432
25 October 2011
10.02pm
AP4,Universiti Utara Malaysia
"Satu hari nanti kamu akan dikerumuni musuh, sebagaimana semut menggerumuni makanan".
Sahabat-sahabat bertanya:
"Apakah kami ketika itu sedikit ya Rasulullah?"
Rasulullah SAW menjawab:"Tidak, bahkan kamu ramai.Tetapi hanya seperti buih di lautan"
Seperti buih di lautan...
Seperti buih di lautan................
Seperti buih dilautan......................
Sabda Rasulullah SAW yang masyhur akan keadaan ummatnya pada akhir zaman, terngiang-ngiang di dalam kepalaku. Ak-47 kurapatkan ke dada. Teman setiaku beberapa tahun ke belakangan ini. Ku layan seperti salah sebuah bahagian tubuhku. Sekarang aku sedang bertahan bersama sekumpulan kumpulan pejuang yang lain. Israel memecah masuk kawasan kami secara mengejut semalam dan melakukan kemusnahan yang besar. Mujur plan kecemasan dapat berjalan dengan baik, maka bilangan yang terkorban amat sedikit. Kini, bandar ini telah kosong dan yang tinggal hanya pejuang-pejuang sahaja.
Dalam kesejukan malam yang mencecah 0 darjah celcius ini, fikiran aku menerawang kepada nasib kami, penduduk tanah berdarah Palestina. Sampai bila agaknya kami akan begini? Tiba-tiba bahuku dicuit. Aku menoleh, kelihatan Abu Syahid sedang tersenyum ke arahku. Terang cahaya rembulan membuatkan wajahnya yang bersih tampak bersinar. "Pejuang tidak boleh leka wahai Asad".
Aku mengemaskan pegangan senjataku. Kami ditugaskan mengawal di bahagian hadapan. Menanti musuh yang melalui di kawasan ini untuk melancarkan serangan hendap."Apa yang kamu fikirkan hingga ku lihat seakan-akan rohmu sudah terawang-awangan?" Abu Syahid menyoal. Walaupun umurnya lebih tua, dan pengalamannya lebih luas, dia memang terkenal dengan sikap ramah dengan mereka yang lebih muda daripadanya.
"Hanya terfikir akan nasib kita". Aku menjawab pendek. Segan sebenarnya.
Abu Syahid mengangguk. "Apa maksud nasib kita?".
"Ya la, nasib bumi kita ini, nasib diri kita ini". Jawabku pendek.
"Kau rasa menyesal dengan ansib yang Allah berikan ini?"soalnya lagi
Aku menggeleng.
"Sesekali tidak. Walaupun orang melihat ini satu bencana, aku melihat ini satu kemuliaan. Peluang berjihad di jalan Allah, peluang mengorbankan nyawa, dan peluang untuk mencapai syahid. Kemuliaan apakah yang lebih besar daripada kemuliaan ini?" ulas Abu Syahid lagi.
"Saya cuma terfikir akan amsa hadapan kita."
"Kau rasa kita tida masa hadapan?"
Sekali lagi aku menggeleng.
"Bukankah Allah telah berjanji tidak akan mensia-siakan kita?" Abu Syahid menguntum senyum. "Habis, apa yang kau gusarkan?"
"Bila semua ini akan berakhir?" Aku menghela nafas.
"Bila umat terislah". Jawabnya pendek.
Abu Syahid, membuatkan aku diam dan berfikir.... bila umat terislah. Membuatkan aku teringat akan hadis riwayat Abu Daud tadi.
"Kalau begitu, tidak akan berakhir la perjuangan kita ini?" Aku merenung ke dalam mata Abu Syahid..
Abu Syahid ketawa kecil. "Akan berakhir, apabila umat ini terislah".
Jawapannya membuatkan aku terdiam. Abu Syahid tidak pula menyambung kalamnya. Perhatian kami terus tertumpu pada suasana sekeliling. Rembulan terang hari ini, menemani penjagaan kami
Back to Gaza. Sharing from the article that I had read during my semester holiday. Hopefully this article may bring our heart to been close to our brothers and sister in Palestine
27 Zulqaedah 1432
25 October 2011
10.02pm
AP4,Universiti Utara Malaysia
Saturday, October 22, 2011
Kita Membayar Untuk Dijajah...
Scene 3
"Nasib Baik aku turun awal, sempatlah aku beli tiket konsert Justin Bieber, kalau tak menangislah aku jawabnya". Mira menceritakan susah payahnya untuk membeli tiket konsert artis remaja paling popular yang bakal berlangsung..
Biasa bukan kita dengar dialog-dialog diatas? Bahkan, mungkin kita adalah salah seorang yang pernah menuturkannya. Babak diatas adalah realiti yang mungkin kukuh bertapak di hati golongan muda mudi (baca: generasi terjajah) zaman ini. Bahkan orang yang tidak melakukan mungkin akan dianggap sebagai seorang yang ketinggalan dalam mengikuti arus perkembangan semasa....
Salah satu rubrik menarik dalam Majalah Sinergi edisi ke 6- "Kita Membayar Untuk Dijajah" ...
Untuk mengetahui kandungan lanjut apakah yang dimaksudkan dengan topik "Kita Membayar Untuk Dijajah"...
Sila dapatkan majalah Sinergi Edisi Ke 6 daripada pengedar2 yang berhampiran DPP anda...Khas untuk pelajar-pelajar UUM...
So, apa tunggu lagi...
Senarai pengedar yang boleh dihubungi:
YAB- Azimah (019-4493416)
Muamalat- Firdaus (013-4486571)
TM- Safuan (019-4029906)
Tradewinds/ Petronas- Huda (019-5653691)
Kachi- Aini (019-4602074), Nazirah (013-4520973)
Friday, September 16, 2011
Hasbiyallah wa ni'mal wakil ( 1 )
Alhamdulillah..segala puji bagi Allah, Rabb yang memberikan segala nikmat kepada kita walaupun kita, manusia yang lalai sentiasa alpa dan leka dan sentiasa ingkar akan perintahNya. Namun Dia terus-terusan memberikan segala nikmatNya. Nikmat kelapangan untuk membaca pos kali ini; nikmat iman dan Islam pastinya serta nikmat tarbiyah yang tidak semua orang dapat. Alhamdulillah. Seterusnya selawat dan salam buat junjungan besar Muhammad b Abdullah, Rasulullah yang memberikan segala kudratnya demi tertegaknya Islam, para ahlul bait, sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in, ikhwah akhawat serta semua pejuang Islam yang masih telah masih dan akan berjuang dijalan ini, kita doakan semoga semuanya akan terus tsabat tegar dan istiqomah serta istimrar untuk meneruskan perjuangan ini hingga mendapat jannahNya.
Al- Wakil
Mari kita menjelajah dan mengenal salah satu asma Allah iaitu Al-Wakil.
Al-wakil adalah Dzat yang dengan rahmatNya mengurusi segala persoalan makhluk sesuai dengan kemaslahatan mereka tanpa menimbulkan kemudaratan. Mungkin penjelasan ini lebih kepada teori, namun itulah yang benar-benar terjadi dalam realiti kehidupan seorang hamba.
Dengan rahmatNya, Allah mengurusi segala persoalan makhluk dan tidak menyia-nyiakan mereka. Jadi, Allah tidak akan pernah memnberi kemudaratan. Sebab, semua af'al (perbuatan) Allah adalah baik, meski secara lahir terlihat sebagai musibah.
Apakah anda pernah melihat seseorang yang mewakilkan suatu urusan kepada orang lain, kemudian wakil itu bersikap khianat?
Bagaimana mungkin orang seperti itu sebagai wakil? Allah yang salah satu namaNya adalah al-wakil tidak pernah menyia-nyiakan hambaNya. Keyakinan seperti itulah maka setiap malam Rasulullah S.A.W berdoa,
"Aku penuhi panggilanMu, wahai Tuhanku; kebaikan semuanya adalah milikMu; dan kejelekan semuanya tidaklah dariMu. Jadi, hanya kebaikanlah yang datang dari Allah"
Al-WAkil Berbuat Sesuai KehendakNya
Terkadang dunia ini terasa gelap. Semua pintu tertutup, seakan Allah hanya ingin membuka pintuNya saja untuk anda dan menutup pintu-pintu yang lain. Doa Nabi kepada suku Quraisy boleh dicontohi.
Peristiwa kematian 2 orang kesayangan Rasulullah amat menguji hati kekasih ummat ini. tetapi Al-Wakil berkehendak kedua pelindung itu meninggal sebelum dakwah tersebar luas dan Islam sempurna. keduanya wafat ketika Rasulullah s.a.w amat memerlukan mereka. Allah sekan ingin berkata kepada RasulNya,
"Tak ada yang benar-benar dapat engkau jadikan wakil selain Diriku"
Apa yang dilakukan oleh nabi sepeninggalan dua pelindung tersebut?
Rasulullah justeru semakin mencurahkan seluruh tenaganya, bahkan beliau rela berjalan 100km untuk berdakwah kepada penduduk Thaif. Rasul seakan berkata kepada al-wakil,
"Aku pasrah kepadaMu atas apa yang akan terjadi padaku. aku redho atas apa yang Engkau lakukan."
Sumber: Dari Hati ke Hati, Amru Khalid
Al- Wakil
Mari kita menjelajah dan mengenal salah satu asma Allah iaitu Al-Wakil.
Al-wakil adalah Dzat yang dengan rahmatNya mengurusi segala persoalan makhluk sesuai dengan kemaslahatan mereka tanpa menimbulkan kemudaratan. Mungkin penjelasan ini lebih kepada teori, namun itulah yang benar-benar terjadi dalam realiti kehidupan seorang hamba.
Dengan rahmatNya, Allah mengurusi segala persoalan makhluk dan tidak menyia-nyiakan mereka. Jadi, Allah tidak akan pernah memnberi kemudaratan. Sebab, semua af'al (perbuatan) Allah adalah baik, meski secara lahir terlihat sebagai musibah.
Apakah anda pernah melihat seseorang yang mewakilkan suatu urusan kepada orang lain, kemudian wakil itu bersikap khianat?
Bagaimana mungkin orang seperti itu sebagai wakil? Allah yang salah satu namaNya adalah al-wakil tidak pernah menyia-nyiakan hambaNya. Keyakinan seperti itulah maka setiap malam Rasulullah S.A.W berdoa,
"Aku penuhi panggilanMu, wahai Tuhanku; kebaikan semuanya adalah milikMu; dan kejelekan semuanya tidaklah dariMu. Jadi, hanya kebaikanlah yang datang dari Allah"
Al-WAkil Berbuat Sesuai KehendakNya
Terkadang dunia ini terasa gelap. Semua pintu tertutup, seakan Allah hanya ingin membuka pintuNya saja untuk anda dan menutup pintu-pintu yang lain. Doa Nabi kepada suku Quraisy boleh dicontohi.
Peristiwa kematian 2 orang kesayangan Rasulullah amat menguji hati kekasih ummat ini. tetapi Al-Wakil berkehendak kedua pelindung itu meninggal sebelum dakwah tersebar luas dan Islam sempurna. keduanya wafat ketika Rasulullah s.a.w amat memerlukan mereka. Allah sekan ingin berkata kepada RasulNya,
"Tak ada yang benar-benar dapat engkau jadikan wakil selain Diriku"
Apa yang dilakukan oleh nabi sepeninggalan dua pelindung tersebut?
Rasulullah justeru semakin mencurahkan seluruh tenaganya, bahkan beliau rela berjalan 100km untuk berdakwah kepada penduduk Thaif. Rasul seakan berkata kepada al-wakil,
"Aku pasrah kepadaMu atas apa yang akan terjadi padaku. aku redho atas apa yang Engkau lakukan."
Sumber: Dari Hati ke Hati, Amru Khalid
Saturday, July 23, 2011
Pedoman dari Sirah: Protes Burung Hud-hud
Salam alaik ukhtifillah,
Apa khabar iman semua? InsyaAllah, ana yakin semuanya sihat di sisi Allah, malah tinggi jua di mata Allah.
Selawat ke atas Rasulullah yang tidak jemu2 menyampaikan pesanan demi berkembangnyanya Islam. Terima kasih ya Rasulullah. Tanpamu, tiada dapat kami menikmati nikmat besar menjadi seorang muslim hari ini.
Sujud merupakan lambang ketundukkan, kepasrahan , kekhusyukan, dan sikap merendahkan diri. Kerananya, burung hud-hud berang dan protes keras di salah satu operasi kawalannya apabila melihat salah satu kaum sujud kepada selain Allah, serta berkata dengan marah kerana Allah seperti yang dinukilkan dalam surah An-Naml: 25
"Mereka tidak menyembah Allah yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan yang mengetahui apa yang kalian sembunyikan atau yang kalian nyatakan"
Dalam mengarungi perjalanannya yang panjang, burung hud-hud tidak mungkin mendengarkan ucapan kaum tersebut terhadap apa yang mereka sembah. Iaitu kalimat-kalimat syirik yang mendekatkan mereka kepada matahari. Tapi, penglihatan burung hud-hud tertumpu kepada perlakuan mereka sujud kepada selain Allah. Sebab burung hud-hud tahu bahawa sujud itu hanya layak dilakukan kepada pemilik langit dan bumi sahaja.
Aku berbicara pada diriku, sudah sempurnakah sujud ku pada Sang Pemilik Langit dan Bumi? Sudah layakkah diri ini mengaku hamba yang taat?
Sedangkan burung pun tahu erti sujud yang sebenar..
Itulah fitrah manusia yang sering alpa dan leka dengan nikmat sementara anugerahNya.
Jangan sampai kita terpedaya buat sekalian kalinya, setelah hampir semua kitab2 dibaca. Setelah banyak surah diingati dan disampaikan kepada kita.
Itulah fitrah manusia yang sering alpa dan leka dengan nikmat sementara anugerahNya.
Jangan sampai kita terpedaya buat sekalian kalinya, setelah hampir semua kitab2 dibaca. Setelah banyak surah diingati dan disampaikan kepada kita.
Masih menunggu? Sampai bilakah?
"Apakah belum tiba waktunya bagi orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan mengingat kebenaran apa yang diturunkan-Nya (al-Qur'an) dan janganlah mereka seperti ahli kitab sebelum mereka, telah lama mereka berpisah dari ajaran Nabinya, sehingga hati mereka menjadi kasar (tidak tembus cahaya kebenaran), dan kebanyakan mereka menjadi orang fasik."
(Al-hadid:15)
Rujukan: Taujih Ruhiyah Pesan2 Spiritual Penjernih Hati (Jilid 2)
Al- Quran Terjemahan (27:25)(57:15)
Contengan: Aina Qalbyna?
Friday, July 22, 2011
Kita bagaikan MAGNET
Salam alaik ukhtifillah,
Apa khabar iman semua? InsyaAllah, ana yakin semuanya sihat di sisi Allah, malah tinggi jua di mata Allah.
Selawat ke atas Rasulullah yang tidak jemu2 menyampaikan pesanan demi berkembangnyanya Islam. Terima kasih ya Rasulullah. Tanpamu, tiada dapat kami menikmati nikmat besar menjadi seorang muslim hari ini.
Ya ukhti,
Ana merasakan sangat dekat dengan antunna
walaupun hakikatnya
jasad kita kini berpisah
Moga antunna juga merasakan nikmat yang ana sedang rasakan ini..
Tak dapat ana hitung manisnya menghirup udara segar bersama
(udara segar di perbukitan Utara tanah air)
manisnya berkongsi derita dan gembira
indahya, berkorban atas nama ukhwahfillah
demi melihat Islam dapat kita aplikasikan
demi melihat mereka2 juga dapat meneguk nikmat yang kita rasakan
benar..
kita seperti magnet
Ada cas positif dan negatif
cas yang kita kongsi bersama
agar ia jadi neutral
tak mungkin
untuk kita biarkan seorang dari kita memiliki lebih cas
akan kita usaha untuk semua neutral
Tatkala kita memiliki lebihan cas positif
bersamalah kita kongsikan
agar cas negatif tidak larut menguasai yang lain
jangan biarkan kertas litmus iman kita
terlebih pH asidic or pH alkali
krn iman yang stabil adalah apabila
kita mampu membangun diri
menjadikan kertas litmus iman
kembali kepada pH neutral
~Semoga kita sama2 dapat membangun iman hanya untuk mencari RedhaNya~
Apa khabar iman semua? InsyaAllah, ana yakin semuanya sihat di sisi Allah, malah tinggi jua di mata Allah.
Selawat ke atas Rasulullah yang tidak jemu2 menyampaikan pesanan demi berkembangnyanya Islam. Terima kasih ya Rasulullah. Tanpamu, tiada dapat kami menikmati nikmat besar menjadi seorang muslim hari ini.
Ya ukhti,
Ana merasakan sangat dekat dengan antunna
walaupun hakikatnya
jasad kita kini berpisah
Moga antunna juga merasakan nikmat yang ana sedang rasakan ini..
Tak dapat ana hitung manisnya menghirup udara segar bersama
(udara segar di perbukitan Utara tanah air)
manisnya berkongsi derita dan gembira
indahya, berkorban atas nama ukhwahfillah
demi melihat Islam dapat kita aplikasikan
demi melihat mereka2 juga dapat meneguk nikmat yang kita rasakan
benar..
kita seperti magnet
Ada cas positif dan negatif
cas yang kita kongsi bersama
agar ia jadi neutral
tak mungkin
untuk kita biarkan seorang dari kita memiliki lebih cas
akan kita usaha untuk semua neutral
Tatkala kita memiliki lebihan cas positif
bersamalah kita kongsikan
agar cas negatif tidak larut menguasai yang lain
jangan biarkan kertas litmus iman kita
terlebih pH asidic or pH alkali
krn iman yang stabil adalah apabila
kita mampu membangun diri
menjadikan kertas litmus iman
kembali kepada pH neutral
~Semoga kita sama2 dapat membangun iman hanya untuk mencari RedhaNya~
Wednesday, July 13, 2011
Akhawat juga Manusia, Mereka perlu Teguran (versi akhawat)
Masam Manis Ukhuwah
Ukhuwah tidak sentiasa indah. Betul kah? Kalau nak tahu benar atau pun tidak, maka perkara pertama yang kita kena lakukan ialah. Berukhuwah. Jangan main cakap, tapi buat tak pernah. Main assume suka-suka hati. Jangan.
Tapi.. Benarkah ukhuwah tidak sentiasa indah?
Berbalik kepada tajuk, Akhawat juga Manusia
Perlu kita sedar, dan perlu kita sentiasa ingat bahawa akhawat ini cuma seorang manusia. Tidak bermakna dia ikut tarbiyah, ikut halaqoh, jaga mutabaah, buat kerja dakwah dan lain-lain. Maka taraf dia sama dengan malaikat. Iman sentiasa konsisten. Tidak pernah melakukan kesilapan.
Salah!
Beza antara seorang akhawat itu dengan manusia umum mungkin mereka ini adalah orang-orang yang cuba nak menjadi lebih baik dari segala kesilapan mereka yang dulu. Mereka adalah manusia yang mahu mendekatkan diri mereka dengan Allah, kerana sebelum ini mereka sangat jauh dari Allah. Mereka yang cuba untuk berbuat usaha-usaha kebaikan setelah hayatnya sebelum ini pernuh dengan noda dan dosa.
Maka pastinya, apabila seorang akhawat itu ingin berbuat sesuatu, pasti akan ada kesalahan dan kesilapan. Yang mana, kadang-kadang dia sendiri tidak tahu bahawa itu adalah kesilapan ataupun kesalahan. Kerana itu dia memerlukan suasana tarbiyah dan ukhuwah untuk membantu dia menjadi lebih baik dari sebelumnya. Kerana dia itu asalnya bodoh, penuh kekhilafan dan tak reti nak jadi baik.
Tapi masalahnya wujud apabila, ada akhawat yang bersikap,
“Ukhti, cuba tengok akhawat tu. Asyik mengarah-arah je kerja nya.”
“Itulah, ana pun rasa dia ni tak menjaga perasaan akhawat lain.”
“Dah la tu, cakap kadang-kadang main lepas je.”
“Entah. Nama je orang ikut tarbiyah.”
Mungkin ini dialog yang pernah kita ungkapkan.
Cuma cuba lihat balik dalam situasi tadi.
Kalau benar akhawat yang dikatakan tadi itu buat kesalahan-kesalahan yang disebut tadi, maka akhawat tersebut memang perlu dibetulkan.
Dan, kesilapan kedua yang mungkin kita kurang perasan adalah akhwat yang berkata berdua tadi tu. Adakah itu sikap yang betul? Nampak kesilapan dalam diri orang lain, kemudian bercerita pada orang lain tentangnya. Tanpa pernah meletakkan usaha untuk pergi bertanya meminta penjelasan atau menegurnya terlebih dahulu? Meminta penjelasan atau memberi penjelasan.
Lebih malang lagi, cerita tentang akhawat itu tersebar luas. Akhawat-akhawat yang mula terpengaruh mula membuat muka, tidak bertegur bersalam, tidak berbual. Dan, akhawat yang melakukan kesilapan itu tidak tahu apa yang berlaku. Dan akhirnya, dia merasakan akhawat tidak suka dirinya lagi. Tanpa dia tahu rupanya dia buat silap. Akhirnya, dia keluar dari halaqoh! Dan mengatakan,
“Akhawat ni tak pandai berukhuwah. Nama je akhawat!”
Ini yang kita mahukan?
Salahkah kalau kita yang nampak akhawat itu bermasalah, kita terus menegurnya?
Tak kisahlah apa kesalahahan yang dia buat.
Terlalu banyak buang masa, cakap tak serupa bikin, tahu mengarah sahaja, tak nak buat kerja, bertangguh, datang lambat itu, selekeh, kedekut, atau apa sahaja lah.
Kita tegur. Agar dia tahu bahawa dia salah.
Bukan buat muka, banned, tak bertegur dan lain-lain..
“Macam mana pula kalau dia kecil hati nanti?”
Masya-Allah. Antunna berinteraksi dengan akhawat!
“Seorang akhawat itu tidak akan menegur akhawatnya yang lain melainkan mengaharapkan akhawatnya itu jadi yang lebih baik dan terbaik.”
Jadi, kalau kita sama-sama faham benda ni, takkan berlaku,
“Ah, kau pahal nak tegur aku?!”
Ok, mari kita lihat sirah..
+++
Diceritakan dalam riwayat yang berbeda oleh Ibn Al-Mubarok dalam dua kitabnya Al-Birr dan As-Shalah bahwa terjadi ketidaksepakatan antara Abu Dzar dan Bilal. Abu Dzar kemudian berkata kepada Bilal,
“Hei anak budak hitam”.
Rasulullah yang mendegar ini sangat marah, lalu beliau mengingatkan Abu Dzar dengan sabdanya dengan telunjuk mengarah ke wajah Abu Dzar,
"Engkau! Sungguh dalam dirimu masih terdapat jahiliah!"
Peringatan Rasulullah ini meninggalkan pengaruh yang teramat dalam pada diri Abu Dzar. Beliau kemudian meletakkan kepalanya di tanah dan bersumpah bahwa beliau tidak akan mengangkatnya sebelum Bilal menginjakkan kakinya di atas kepalanya.
Tentunya Bilal tidak melakukan apa yang dimahukan oleh Abu Dzar, sebaliknya dia berkata kepada Abu Dzar,
"Aku memaafkan Abu Dzar, Ya Rasulullah. Dan Biarlah urusan ini tersimpan di sisi Allah, menjadi kebaikan bagiku kelak."
+++
Cuba bayangkan kalau Rasulullah SAW bertindak mendiamkan diri. Dan berbisik kat dalam hati.
'Abu Dzar ni teruk!'
Pastu cerita kat Bilal bila Abu Dzar beredar. Pastu Bilal pun sebarkan ada orang lain dan sebagainya. Masya-Allah, apa lah jadi agaknya ya?
Tapi, tidak ukht, Rasulullah malahan menegur Abu Dzar, dan Abu Dzar yang faham bahawa dia berbuat salah terus meminta maaf. Dan cara dia mantaplah, terus letak kepala kat tanah suruh dipijak. Tapi atas dasar ukhuwah, Bilal tidak pula mengambil peluang untuk main lompat-lompat atas kepala Abu Dzar. Ataupun Rasulullah SAW dan Bilal buat muka dengan Abu Dzar. Tak bertegur. Tak nak layan dan lain-lain. Tidak!
Jadi siapa kita nak tunjuk kita ni hebat dengan melakukan apa yang tidak dilakukan oleh Rasulullah SAW, dan meninggalkan contoh yang ditunjukkan?
Kisah lain..
+++
Dari Ibnu Mas’ud bahawa Rasulullah SAW melakukan solat zuhur 5 rakaat. Kemudian beliau SAW ditanya,
“Apakah ada penambahan di dalam solat?”
Beliau SAW bersabda,
“Ada apa?”
Mereka mengatakan,
“Engkau telah melakukan solat (zuhur) 5 rakaat.”
Kemudian beliau SAW melakukan sujud sahwi dua kali setelah dia salam.
[HR Abu Daud dan Tirmidzi]
+++
Ada tak tiba-tiba Rasulullah SAW melenting kerana dia ditegur? Seorang Rasul tu!
Dan ada tak para sahabat membiarkan dan buat tak tahu. Kemudian katakan dia ni tak betul, pastu buat konspirasi menjatuhkan dia?
Tegurlah Mereka
“Dan tetaplah memberi peringatan, kerana sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin.”
[QS Az-Zariyat, 51:55]
Beri peringatan. Tegur akhawat tu jika nampak dia silap. Kalau dia menolak ke, melenting ke, mengamuk ke, itu hal ke-14532. Hal yang pertama kena buat itu adalah TEGUR.
Bukan biarkan sahaja.
Kalau kita biarkan sahaja. Simpan dalam hati. Maka yang akan tahu itu adalah kesilapan cuma kita dan hati kita je. Lepas tu mulalah terseksa jiwa dan raga sebab hipokrit konon nak jaga perasaan.
Lepas tu, akhawat yang buat silap itu terus bergelumang dalam kesilapannya. Lebih malang. Terus bergelumang dengan dosa yang dia tidak perasan akan dia sedang melakukannya. Kerana apa?
Kerana sikap kita yang tidak menegur dia.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.”
[QS al-‘Asr, 103:1-3]
Ingat juga sirah yang termaktub dalam surah ‘Abasa, ketika mana Allah menegur Rasulullah SAW ketika dia memalingkan muka terhadap Abdullah Ummi Maktum yang buta yang datang mahukan Islam ketika Rasulullah SAW sedang berusaha menawarkan Islam kepada pembesar-pembesar pada ketika itu.
Ingatlah..
Akhawat juga manusia.. Mereka memerlukan teguran dari kamu.
p/s: pastikan cara menegur anda itu berhikmah (tegas dan benar) [QS 16:125]
Sumber asli: (klik sini)
Friday, July 8, 2011
Menjadi diriku
Munsyid : EdCoustic
http://liriknasyid.com
Tak seperti bintang di langit
Tak seperti indah pelangi
Karena diriku bukanlah mereka
Ku apa adanya
Dan wajahku memang begini
Sikapku jelas tak sempurna
Ku akui ku bukanlah mereka
Ku apa adanya
*)
Menjadi diriku
Dengan segala kekurangan
Menjadi diriku
Atas kelebihanku.......
Terimalah aku
Seperti apa adanya
Aku hanya insan biasa
Ku pun tak sempurna
Tetap ku bangga
Atas apa yang ku punya
Setiap waktu ku nikmati
Anugerah hidup yang ku miliki
Back to *)
Tak seperti indah pelangi
Karena diriku bukanlah mereka
Ku apa adanya
Dan wajahku memang begini
Sikapku jelas tak sempurna
Ku akui ku bukanlah mereka
Ku apa adanya
*)
Menjadi diriku
Dengan segala kekurangan
Menjadi diriku
Atas kelebihanku.......
Terimalah aku
Seperti apa adanya
Aku hanya insan biasa
Ku pun tak sempurna
Tetap ku bangga
Atas apa yang ku punya
Setiap waktu ku nikmati
Anugerah hidup yang ku miliki
Back to *)
# Sesungguhnya setiap dari kita diciptakan begitu istimewa. Kita punya ragam yang berbeza. Kekurangan seorang dari kita untuk ditampung atas kelebihan yang dimiliki yang lain. Semua itu menjadikan ukhuwah ini begitu indah dan tersangat sempurna. Semoga ia menjadikan kita mata-mata rantai penyambung sunnah. Harapanku, rantai itu terus bersambungan hingga ke akhir masa ..hingga sampai takdir Allah memenangkan agamaNya. InsyaAllah (^^)
Thursday, July 7, 2011
Aku Jatuh Cinta??
Jatuh Cinta lagi
lagi lagi ku jatuh cinta..
(baca: lagu Matta Band)
Ops! apa kes ni??
saje je buat gempak kat tajuk tu..
Ini kisah perjalananku...
Kisah bermula apabila..aku terpegun melihat sekelompok sahabat2 bertudung labuh..
Sememangnya aku sejak dari sekolah lagi nak sangat pakai tudung labuh macam mereka (sbb tak pandai jahit tudung sendiri, niat itu ditangguhkan)..
wajar sahaja untuk berperasaan camni sebab rumah aku dekat sangat dengan SMKA JB..Tiap-tiap kali balik sekolah, sure lalu sekolah tu..
Sejuk je tengok mereka2 yang bertudung labuh..
ok, masuk semula cerita asal..rupa-rupanya sahabat2 yang ku lihat tu adalah kakak2 daripada UPM dan UKM..
**********************************************************************************
Keesokan paginya..
Tetiba je rasa nak beli makanan kat cafe..
Kaki pun mula mengatur langkah...
Tapi malang sungguh, makanan takde lagi..
Dengan hampanya, aku pulang ke bilik
Di pertengahan jalan..
"Adik, nak join x kami riadah?"Sapa seorang akak yang juga bertudung labuh
tanpa berfikir panjang, aku menerima pelawaan nya ..riadah bersama pada pagi itu.. "Ok, boleh juga"
Usai sahaja aktiviti riadah, kami bersarapan bersama..
Kebetulan, bagaikan orang yang mengantuk disorong bantal...hehe..
Semasa makan bersama tu, "Adik, esok pagi kalau free ..jom la join treasure hunt"
Dalam hatiku, memang teringin sekali nak join tapi...
********************************************************************************
Pagi tu gerimis membasahi bumi..
Aku memandang keluar tingkap bilik, melihat-lihat jika ada kelibat kawan2 yang turun pagi tu
"Erm,jadi ke x ni? " monolog ku sendirian
Beberapa minit berlalu..
Seorang ukhti, datang ke bilik ku walaupun baru kukenalinya semalam.
"Assalamualaikum, awak jom la turun."
"Waalaikumussalam,jadi ke pagi ni? tadi saya ada turun juga, tapi macam xde orang je " balas ku.
"xpe. awak turun je dulu..kita panggilkan yang lain..Kat bawah pun dah ada orang" katanya membalas pertanyaan ku tadi.
"Ok la. Saya turun..Kita jumpa kat bawah" Jawabku setelah hampir putus asa dek kerana cuaca yang tak mengizinkan..
*******************************************************************************
"Aik, xkan sorang je kot? macam mana nak main treasure hunt kalo xde orang" monologku dalam hati.
"Assalamualaikum..awak, mana yang lain?"sambil bersalaman dengannya
"Waalaikumussalam..owh, kawan2 yang lain tengah bersiap, kejap lagi mereka turun la." jawabnya mesra, sambil menyambut tanganku.."Kita tunggu dulu la ye"
Tak beberapa lama kemudian, datang la sahabat2 lain.. yang juga diajak utk sama2 berukhwah di "treasure hunt"
*****************************************************************************
"Assalamualaikum, adik2 ...maaflah lambat pula kita start sebab gerimis td."
"Ok, sebelum kita start...akak nak bahagikan group. Stat kira 1,2,3.. dari kanan akak"
"Semua dah ada dalam groupkan...group mana yang xde al-quran lagi?"
Dalam hatiku berkata "peliknya, nak main treasure hunt pun nak kena bawa quran ke? xpelah..tangok kan je.."
ok la..nak short cutkan citer..
bila pulak la al-quran tu digunakan?
erm..korang rasa cmne???
Quran tu sebenarnya guna sebagai klu untuk ke check point seterusnya....
Menarik kan??
Kreatif sungguh mereka untuk mengembalikan hati2 yang tandus dengan ilmu Allah, kembali semula merujuk kepada kitab yang sepatutnya menjadi rujukan setiap kita yang mengaku MUSLIM..
Inilah secebis cerita ku ,bagaimana aku kembali membaca ayat2 suci Allah..
xretilah nak mengarang..dah lama x buat karangan
Contengan: Aina Qalbyna
lagi lagi ku jatuh cinta..
(baca: lagu Matta Band)
Ops! apa kes ni??
saje je buat gempak kat tajuk tu..
Ini kisah perjalananku...
Kisah bermula apabila..aku terpegun melihat sekelompok sahabat2 bertudung labuh..
Sememangnya aku sejak dari sekolah lagi nak sangat pakai tudung labuh macam mereka (
wajar sahaja untuk berperasaan camni sebab rumah aku dekat sangat dengan SMKA JB..Tiap-tiap kali balik sekolah, sure lalu sekolah tu..
Sejuk je tengok mereka2 yang bertudung labuh..
ok, masuk semula cerita asal..rupa-rupanya sahabat2 yang ku lihat tu adalah kakak2 daripada UPM dan UKM..
**********************************************************************************
Keesokan paginya..
Tetiba je rasa nak beli makanan kat cafe..
Kaki pun mula mengatur langkah...
Tapi malang sungguh, makanan takde lagi..
Dengan hampanya, aku pulang ke bilik
Di pertengahan jalan..
"Adik, nak join x kami riadah?"Sapa seorang akak yang juga bertudung labuh
tanpa berfikir panjang, aku menerima pelawaan nya ..riadah bersama pada pagi itu.. "Ok, boleh juga"
Usai sahaja aktiviti riadah, kami bersarapan bersama..
Kebetulan, bagaikan orang yang mengantuk disorong bantal...hehe..
Semasa makan bersama tu, "Adik, esok pagi kalau free ..jom la join treasure hunt"
Dalam hatiku, memang teringin sekali nak join tapi...
********************************************************************************
Pagi tu gerimis membasahi bumi..
Aku memandang keluar tingkap bilik, melihat-lihat jika ada kelibat kawan2 yang turun pagi tu
"Erm,jadi ke x ni? " monolog ku sendirian
Beberapa minit berlalu..
Seorang ukhti, datang ke bilik ku walaupun baru kukenalinya semalam.
"Assalamualaikum, awak jom la turun."
"Waalaikumussalam,jadi ke pagi ni? tadi saya ada turun juga, tapi macam xde orang je " balas ku.
"xpe. awak turun je dulu..kita panggilkan yang lain..Kat bawah pun dah ada orang" katanya membalas pertanyaan ku tadi.
"Ok la. Saya turun..Kita jumpa kat bawah" Jawabku setelah hampir putus asa dek kerana cuaca yang tak mengizinkan..
*******************************************************************************
"Aik, xkan sorang je kot? macam mana nak main treasure hunt kalo xde orang" monologku dalam hati.
"Assalamualaikum..awak, mana yang lain?"sambil bersalaman dengannya
"Waalaikumussalam..owh, kawan2 yang lain tengah bersiap, kejap lagi mereka turun la." jawabnya mesra, sambil menyambut tanganku.."Kita tunggu dulu la ye"
Tak beberapa lama kemudian, datang la sahabat2 lain.. yang juga diajak utk sama2 berukhwah di "treasure hunt"
*****************************************************************************
"Assalamualaikum, adik2 ...maaflah lambat pula kita start sebab gerimis td."
"Ok, sebelum kita start...akak nak bahagikan group. Stat kira 1,2,3.. dari kanan akak"
"Semua dah ada dalam groupkan...group mana yang xde al-quran lagi?"
Dalam hatiku berkata "peliknya, nak main treasure hunt pun nak kena bawa quran ke? xpelah..tangok kan je.."
ok la..nak short cutkan citer..
bila pulak la al-quran tu digunakan?
erm..korang rasa cmne???
Quran tu sebenarnya guna sebagai klu untuk ke check point seterusnya....
Menarik kan??
Kreatif sungguh mereka untuk mengembalikan hati2 yang tandus dengan ilmu Allah, kembali semula merujuk kepada kitab yang sepatutnya menjadi rujukan setiap kita yang mengaku MUSLIM..
Inilah secebis cerita ku ,bagaimana aku kembali membaca ayat2 suci Allah..
xretilah nak mengarang..dah lama x buat karangan
Contengan: Aina Qalbyna
Friday, June 24, 2011
Ana sayang antunna
Bismillahirahmanirahim..
Alhamdulillah wa syukurillah..setelah sekian lama aku menyepi..Hari ini hatiku tergerak menukilkan beberapa kalimah.Moga ia makin merapatkan ukhwah dan bisa menyimpulkan fikrah kita semua..insyaAllah..
Harta dakwah seperti kenderaan dakwah(moto + kete), barangan program ..amat bernilai bagi kita. Dengan nya aktiviti kita menjadi lancar..
Cuti ni banyak juga kes kemalangan yang melibatkan akhwat yang ku ketahui..tapi ia menyedarkan aku bahawa, tanpa harta dakwah ni (baca: kenderaan), banyak aktiviti tergendala. Sebelum ni, aku amek remeh sbb biasalah..harta akhwat pun harta aku juga..tapi setelah mengalami beberapa kali kemalangan(3x kot sepanjang 2010), aku mula sedar..nyawa ni ..bila2 masa je Allah boleh nak amek. Kes yang paling x boleh lupa , kemalangan masa raya la..tapi Allah bagi lagi aku peluang beramal..(nak tau lebih lanjut..klik sini)
Seringkali juga aku rasa malu menjadi penumpang tetapi buat setakat ni kena usaha gigih lagi untuk pass dapatkan lesen!!
satu lagi harta dakwah yang paling berharga ialah Al-Ukhti!
Ye..antunna la aset dakwah yang paling berharga..tanpa adanya akhwat..mana mungkin jentera tarbiyyah ni dapat digerakkan, mana mungkin medan2 di UUM ni dapat disirami dengan tali ukhwahfillah, mana mungkin kita dapat saling memahami..dan xmungkin kita dapat bergerak seiringan.
Oleh itu, untuk peringatan ana terutamanya..berhati2lah bila memandu..jangan sampai kita mengorbankan nyawa kita mahupun akhwat kerana kecuaian kita (assifah ukht GMS krn membuat anti trauma nek moto)...
-kalo dah ngantuk berhenti rehat ye! (kalo saya yg ngantuk, kejutkan..hehe)
-kalo xpun cari la org len ganti memandu
-kalo xde lesen lagi.. yuk pakat ramai2 amek lesen!!
kerana setiap dari antunna adalah asset dakwah yang bernilai dan antunna amat diperlukan dimedan yang antunna gerakkan..walaupun hanya mengedar flyers sahaja!!
Tetap ianya bernilai disisi Allah..
Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu." (At-taubah:105)
Moga makin ramai akhwat terbooster untuk merasakan pentingnya ada lesen memandu dan yang paling penting jadilah pemandu yang sayangkan nyawa!!
Nukilan: AQ
Alhamdulillah wa syukurillah..setelah sekian lama aku menyepi..Hari ini hatiku tergerak menukilkan beberapa kalimah.Moga ia makin merapatkan ukhwah dan bisa menyimpulkan fikrah kita semua..insyaAllah..
Harta dakwah seperti kenderaan dakwah(moto + kete), barangan program ..amat bernilai bagi kita. Dengan nya aktiviti kita menjadi lancar..
Cuti ni banyak juga kes kemalangan yang melibatkan akhwat yang ku ketahui..tapi ia menyedarkan aku bahawa, tanpa harta dakwah ni (baca: kenderaan), banyak aktiviti tergendala. Sebelum ni, aku amek remeh sbb biasalah..harta akhwat pun harta aku juga..tapi setelah mengalami beberapa kali kemalangan(
Seringkali juga aku rasa malu menjadi penumpang tetapi buat setakat ni kena usaha gigih lagi untuk pass dapatkan lesen!!
satu lagi harta dakwah yang paling berharga ialah Al-Ukhti!
Ye..antunna la aset dakwah yang paling berharga..tanpa adanya akhwat..mana mungkin jentera tarbiyyah ni dapat digerakkan, mana mungkin medan2 di UUM ni dapat disirami dengan tali ukhwahfillah, mana mungkin kita dapat saling memahami..dan xmungkin kita dapat bergerak seiringan.
Oleh itu, untuk peringatan ana terutamanya..berhati2lah bila memandu..jangan sampai kita mengorbankan nyawa kita mahupun akhwat kerana kecuaian kita (
-kalo xpun cari la org len ganti memandu
kerana setiap dari antunna adalah asset dakwah yang bernilai dan antunna amat diperlukan dimedan yang antunna gerakkan..walaupun hanya mengedar flyers sahaja!!
Tetap ianya bernilai disisi Allah..
Dan katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu." (At-taubah:105)
Moga makin ramai akhwat terbooster untuk merasakan pentingnya ada lesen memandu dan yang paling penting jadilah pemandu yang sayangkan nyawa!!
Nukilan: AQ
Wednesday, June 22, 2011
Dosa = Gunung vs. Lalat
Bismillahirrahmanirrahim..
Mari kita renungkan satu hadis yang mungkin kita sentiasa atau pernah mendengarnya, tetapi kita acapkali lupa bahkan mengabaikannya..
"Seorang mukmin melihat dosanya seperti sebuah gunung yang menggantung di atas kepalanya dan merasa takut akan menjatuhinya. Sedangkan seorang munafik melihat dosanya seperti seekor lalat yang hinggap dihidungnya, lalu ia berusaha mengusirnya agar terbang meninggalkannya"[HR Bukhari]
VS.
Semoga Allah yang memegang hati-hati kita, menjaga hati kita agar sentiasa beristighfar dan bertaubat kepadanya dengan penuh takut dan mengharap.
renung-renungkan dan selamat beramal.
Ya, Allah yang membolak-balikkan hati kami, tetapkan hati kami dalam agamaMu dan tetapkan hati kami dalam taat kepadaMu. Amin Ya Rabbal 'Alamin.
~muslehah~
Subscribe to:
Posts (Atom)